فتاوى حول العم
Fatwa Al-Alamah
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Ustaimin Seputar Ilmu.
٣٨-
وسئل أعلى الله درجته في المهديين -: هل يعذر الشخص بعدم طلبه للعلم بسبب انشغاله بدراسته
التي ليس بها طلب للعلم الشرعي أو بسبب عمله أو غير ذلك؟
فأجاب
فضيلته : بقوله : طلب العلم الشرعي فرض كفاية إذا قام به من يكفي صار في حق الآخرين
سنة, وقد يكون واجباً على الإنسان عيْناً أي فرض عين كما لو أراد الإنسان أن يتعبد
الله بعبادة فإنه يجب عليه أن يعرف كيف يتعبد لله بهذه العبادة.
وعلى
هذا، فهذا الذي يشغله عن طلب العلم الشرعي حاجة أهله أو غير ذلك من الصوارف مع محافظة
على ما يجب الحفاظ عليه من العبادة نقول: إن هذا معذور ولا حرج عليه ولكن ينبغي أن
يتعلم من العلم الشرعي بقدر ما يستطيع.
***
Syaikh
ditanya:
Apakah
boleh seseorang tidak mencari ilmu syar’i karena kesibukan mempelajari ilmu
yang bukan syar’i atau karena pekerjaan atau karena lainnya?
Beliau
menjawab:
Mencari
ilmu syar’I adalah fardhu kifayah jika telah ada yang melakukannya, maka
hukumnya menjadi sunnah bagi yang lainnya. Terkadang menjadi wajib ‘ain
sebagaimana jika seseorang ingin beribadah kepada Allah dengan suatu ibadah,
maka dia wajib mengetahui bagaimana cara beribadah kepada Allah dengan ibadah
ini.
Oleh
karena itu, hal yang menyibukkannya dari mencari ilmu syar’I berupa kebutuhan
keluarganya atau kegiatan lainnya sambil tetap memelihara ibadah-ibadah yang
wajib dipelihara, maka kita katakana, “Sesungguhnya dia termaafkan dan tidak
berdosa baginya akan tetapi dia harus belajar ilmu syar’I sebatas kemampuannya.”
Referensi:
كتاب
العم, شيخ محمد بن صالح العثيمين, صفحة ٩٧-٩٨
Biografi
Beliau:
Beliau lahir pada tahun 1347H atau tahun 1928M di
Unaizah. Pertama kali beliau belajar dari kakek beliau dari jalur Ibu Al’Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman bin Damigh
dan dibawah bimbingan beliau Ibnu Utsaimin berhasil menghafal alquran (30 Juz)
. Beliau juga belajar kepada Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Syaikh Ali Ash-Shalihi dan Syaikh Muhammad Abdul
Aziz bin Muthawwi’ dalam bidang tauhid, fiqih dan bahasa Arab. Kemudian beliau masuk
ke Ma’had Al-Ilmiyah di Riyadh pada tahun 1373H (dalam usia 26
tahun) dan pada kesempatan inilah Ibnu Utsaimin belajar shahih Bukhari,
beberapa risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan beberapa kitab fiqih kepada
Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz rahimahullah. Sedang guru beliau yang lain ialah Syaikh Muhammad Al
Amin bin Muhammad Al Mukhtar dan Syaikh Abdurahman bin Ali bin ‘Audan. Beliau lulus dari Fakultas Syariah di Riyadh
pada tahun 1344 (dalam usia 30 Tahun).
Pengajar pada ma’had Ilmi di Unaizah, Ustadz di fakultas Syari’ah dan Ushuluddin pada cabang Universitas Ibnu Su’ud di Qosim, Dekan Jurusan Aqidah dan aliran-aliran
kontemporer, Anggota bagian pengajaran di Univeritas Ibu Su’ud Qosim, Anggota Hai’ah Kibaril Ulama’ (Majelis Ulama Besar Kerajaan Saudi Arabia ).
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah memiliki semangat dan kesungguhan yang besar dalam bidang dakwah,
mengajar, menyusun buku, memberi fatwa, menulis risalah dan memberikan ceramah
umum di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan berbagai kota di Kerajaan Saudi
Arabia, dengan gaya beliau yang khas dan penuh hikmah, mauizah hasanah (nasehat
yang baik) dan teguh diatas Manhaj Salafus Shalih.
Beliau mulai mengajar di masjid Jami’ pada tahun 1371 (usia 24 tahun). Dan suatu yang layak
menjadi perhatian adalah penolakan beliau untuk menjabat sebagai qodhi padahal
Syaikh Ibnu Ibrahim -Mufti Saudi dan Kepala Qodha (pengadilan) di masa itu-
terus-menerus mendesak beliau untuk menerima jabatan tersebut. Bahkan Syaikh
Ibnu Ibrahim telah mengeluarkan SK penunjukan Ibnu Utsaimin. Hal ini
menunjukkan sifat wara’ beliau.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin – pengajar di Universitas Imam Muhammad bin Su’ud, cabang Qosim,
dan anggota hai’ah Kibaril ‘Ulama Saudi, yang merupakan penutup ulama’-ulama
besar Hanabiah di zaman ini – telah wafat pada hari Rabu 15 Syawal 1421 H atau
10 januari 2001 M, pukul 6 sore di rumah sakit raja Faishol di Jeddah, setelah
beliau terserang kanker colon/usus besar yang telah beliau derita sejak lama,
namun baru diketahui pada bulan shafar 1421 H setelah beliau memeriksakan diri
di rumah sakit Tentara Nasional Raja Fadh di Riyadh. Beliau menerima keadaan
tersebut dengan penuh kesabaran dan kepasrahan dan beliau menolak untuk diobati
secara kimia. Berdasarkan desakan pemerintah Saudi, akhirnya beliau bersedia
untuk melakukan pengobatan medis di negara Amerika selama beberapa bulan, namun
akhirnya beliau segera kembali untuk melanjutkan tugas-tugas beliau berupa
mengajar dan memberi fatwa di kota Unaizah dan Masjid Al-Haram.
Selama Bulan Ramadhan kemarin
(1421H) beliau menempati sebuah kamar di Masjidil Haram dan tidak seorangpun
diperbolehkan masuk kecuali beberapa orang tertentu, seperti Syaikh Abdullah
Al-Bassam dan anak-anak beliau serta keluarga. Beliau memberi pelajaran di
Masjidil Haram dari kamar tersebut, namun materi yang disampaikan hanya singkat
dan tanpa persiapan, lebih-lebih ketika sakit beliau semakin parah pada 10 hari
terakhir bulan Ramadhan. Perlu diketahui pula, bahwa satu tim dokter dari rumah
sakit raja Fadh di Riyadh selalu menemani beliau hingga detik-detik terakhir kehidupan
beliau.
Ibnu Utsaimin, wafat dalam usia 74
Tahun. Jenasah beliau dishalati di Masjid Al-Haram Makkah Al Mukkarommah,
setelah shalat ashar pada hari kamis 11 januari 2001, lalu disemayankan di
pemakaman Al-Adl di dekat makan guru beliau sekaligus teman beliau di jalan
dakwah salaf yaitu Asy-Syaikh Ibnu Baz.
Lebih dari setengah juta manusia
mengiringi jenazah beliau kepemakaman. Meskipun pemerintah Saudi telah telah
berusaha menurunkan aparat keamanan sebanyak 1000 polisi, namun tetap saja
timbul saling dorong sehingga banyak yang pingsan. Untuk mengatasi keadaan yang
lebih gawat di dalam makam, maka ditutuplah semua pintu masuk menuju pemakaman,
padahal petugas hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk menguburkan
jenazah beliau rahimahullah.
Turut serta dalam pemakaman ini
Menteri Dalam Negeri Saudi Al-Amir bin Nayif bin Abdul Aziz, Ketua Pusat
Pengkajian Strategi Al-Amir Mamduh bin Abdul Aziz, Ketua Daerah Qosim Al-Amir
Faishol bin Bandar bin Abdul Aziz, Gubernur Jeddah Al-Amir Musy’il bin Maajid
bin Abdul Aziz dan banyak dari kalangan ulama’ juga umara ditambah para
tholibul ilmi, murid-murid dan orang-orang yang mencintai beliau.
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin ialah
seorang faqih besar diantara ulama-ulama besar Saudi lainnya yang masih hidup,
semoga Allah merahmati beliau.