Selasa, 25 Oktober 2011

PERBEDAAN ANTARA MAHASISWA DENGAN SISWA

Beda Antara Belajar Di Sekolah Dan Di Perguruan Tinggi





        Belajar di perguruan tinggi itu sangat berbeda dari belajar di sekolah menengah.  Karena perbedaannya itu, banyak mahasiswa yang merasa kesulitan untuk menyesuaikan cara belajanya di perguruan tinggi.  Mereka menggunakan strategi belajar yang telah mereka gunakan secara berhasil di sekolah menengah, namun mereka kecewa karena ternyata, di perguruan tinggi, hasilnya tidak sebagus ketika mereka di sekolah menengah.  Banyak mahasiswa yang terpaksa berhenti kuliah (drop-out) di tahun pertama karena kesulitan menyesuaikan diri ini.


         Berikut ini adalah beberapa perbedaan penting antara belajar di sekolah menengah dan di perguruan tinggi yang dapat membuat penyesuaian diri di perguuan tinggi itu sulit.  Dengan mengetahui perbedaan itu, Anda akan dapat memilih strategi belajar yang tepat untuk mengatasi perbedaan tersebut.

  1. Di sekolah menengah, siswa biasanya bersifat lebih pasif, sementara guru yang lebih aktif.  Siswa lebih banyak berperan sebagai penerima ilmu pengetahuan, sementara guru dianggap sebagai pemberi ilmu pengetahuan.  Di perguuan tinggi, dosen lebih banyak mengharapkan mahasiswa aktif dalam mencari ilmu pengetahuan, sementara ia berfungsi sebagai fasilitator yang membantu mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah disepakati.  Sumber informasi tentang ilmu yang dipelajari juga beragam dan itu disediakan di perpustakan.  Di perguruan tinggi yang besar, jumlah buku di perpustakaan ini bisa banyak sekali dan beragam, apalagi kalau ditambah dengan informasi yang ada di internet.  Oleh karena itu, untuk mengatasi perbedaan situasi seperti ini, Anda perlu mengubah cara belajar Anda dari yang semula pasif menjadi aktif, dari yang semula sebagai penerima ilmu menjadi pencari ilmu.  Andalah yang harus berinisiatif untuk mempelajari ilmu itu (melalui membaca buku dan artikel) dan manfaatkan dosen Anda sebagai tempat bertanya dan meminta penjelasan.  
  2. Tugas akademik di pergurtuan tinggi itu lebih sulit daripada tugas akademik di sekolah menengah.  Di sekolah menangah, siswa biasanya hanya diminta untuk merangkum isi sebagian buku atau mengerjakan latihan yang ada di dalam buku teks.  Di perguruan tinggi, Anda diminta untuk berfikir dalam tataran yang lebih tinggi, menganalisa suatu persoalan dan menuliskan analisa tersebut dalam bentuk  makalah.   Ini berarti Anda akan harus bekerja lebih keras dan lebih lama.  Siswa sekolah menengah biasanya belajar selama 2 sampai 3 jam setiap minggu untuk setiap mata pelajaran.  Di perguruan tinggi, untuk setiap mata kuliah, Anda mungkin akan perlu belajar 2 atau 3 untuk setiap jam kuliah.  Artinya, kalau Anda mengambil matakuliah yang bobotnya 2 sks dan masuk kuliah selama 90 menit (satu setengah jam), maka Anda mungkin perlu belajar untuk mata kuliah itu selama 180 atau 279 menit setiap minggu.  Bersiaplah untuk menyediakan waktu sejumlah itu sebagai komitmen belajar Anda di perguruan tinggi.
  3. Di sekolah menengah, Anda diwajibkan untuk menghadiri setiap pelajaran.  Di perguruan tinggi, hal ini sering kali tidak berlaku.  Banyak dosen di perguruan tinggi yang tidak mengabsen mahasiswanya.  Mereka tampaknya tidak begitu peduli apakah Anda hadir di ruang kuliah atau tidak.  Mungkin yang penting bagi mereka adalah apakah Anda dapat memenuhi standar kompetensi yang telah mereka tetapkan untuk matakuliah tersebut (ini biasanya diukur berdasarkan hasil ujian atau nilai tugas yang diberikan kepada Adna).  Di perguruan tinggi, Anda akan mudah sekalil menemukan hal-hal yang lebih menarik bagi Anda daripada mengikuti kuliah.  Tapi jangan menyerah pada godaan itu.  Mahasiswa yang menghadiri dan berpartisipasi di ruang kuliah secara teratu memperoleh nilai yang lebih tinggi daripada mereka yang jarang masuk.  Usahakan untuk selalu menghadiri kuliah.
  4. Di sekolah menengah, guru seringkali memeriksa apakah Anda mengerjakan tugas yang harus Anda kerjakan di rumah, seperti membaca, mengerjakan latihan, dsb.  Dengan demikian Anda merasa terdorong untuk belajar di rumah sehingga, ketika menghadapi ujian, Anda merasa lebih siap.  Di perguruan tinggi, Anda harus menjadi pembelajar yang mandiri.    Banyak dosen yang tidak mau memeriksa apakah Anda belajar di rumah atau tidak.  Mereka mengharapkan Anda melakukan hal itu tanpa harus didorong-dorong.  Dosen menganggap Anda sudah dewasa dan Anda sendirilah yang ingin berhasil di perguruan tinggi.   Oleh karena itu, Anda harus dapat memotivasi diri Anda sendiri untuk belajar.  Anda harus mempunyai target atau tujuan jelas yang ingin Anda capai di perguruan tinggi.  
  5. Pelajaran di sekolah menengah biasanya diberikan setiap hari dengan jadwal yang sudah ditetapkan.  Siswa tidak mempunyai pilihan lain dan tinggal mengikuti apa yang telah ditetapkan sekolah.  Di perguruan tinggi, di setiap awal semester, mahasiswa harus menyusun program pendidikan yang ingin mereka ikuti dalam semester itu. Anda mempunyai pilihan untuk mengambil mata kuliah tertentu atau tidak.  Jadwal kuliah Anda di perguruan tinggi akan lebih rersebar jika dibandingkan dengan jadwal pelajaran Anda di sekolah menengah.    Kuliah di perguruan tinggi di Indonesia biasanya diberikan sekali seminggu (untuk yang 2 sks), kadang-kadang ada yang 2 kali seminggu (untuk yang lebih dari 2 sks).  Oleh karena itu, penting sekali Anda mengatur waktu belajar Anda di antara kuliah-kuliah itu.  Anda perlu sekali membuat rencana atau jadwal belajar dan mentaatinya.  Usahakan untuk tidak mengambil dua matakuliah yang jadwalnya berurutan sehingga Anda mempunyai waktu untuk menata catatan kuliah Anda segera sesudah kuliah itu selesai (karena Anda tidak terburu-buru mengikuti kuliah yang lain).  Catatan kuliah yang terorganisir rapi akan sangat membantu ketika Anda mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian nanti.
  6. Tes atau ujian di sekolah menengah diberikan cukup sering dan meliputi sejumlah kecil informasi/materi pelajaran.  Ujian atau tes di perguruan tinggi lebih jarang diberikan dan mencakup materi/infomasi yang lebih banyak.  Umumnya ujian diberikan dua kali, di tengah semester dan di akhir semester.  Tetapi ada juga dosen yang hanya memberikan sekali, di akhir semester saja. Anda akan beruntung kalau ada dosen yang memberikan lebih dari dua kali ujian, karena itu akan membuat Anda menjadi lebih siap menghadapi ujian akhir semester.  Ujian ulangan jarang diberikan di perguuan tinggi, dan Anda buasanya tidak dapat meningkatkan nilai rendah yang Anda peroleh dengan melakukan tugas tambahan.  Untuk berhasil dalam ujian di perguruan tinggi, Anda harus membuat catatan dari dalam kelas dan dari buku teks Anda.  Anda juga perlu memiliki strategi yang baik untuk menghadapi ujian.  Karena jarangnya ujian/tes diberikan dan tidak adanya dosen yang mengejar-ngejar Anda untuk belajar, mungkin saja Anda akan terlena, merasa lebih santai.  Namun, tiba-tiba Anda menyadari bahwa waktu ujian sudah dekat sementara Anda merasa belum siap karena belum banyak mempelajari materi ujian itu.
        Perguruan tinggi bukanlah sekedar kelanjutan sekolah menengah.  Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut Anda untuk menggunakan cara-cara baru sejak hari pertama agar berhasil di perguuan tinggi.  Jangan belajar di perguuan tinggi dengan menggunakan teknik belajar di sekolah menengah.  Akan lebih baik kalau Anda belajar di sekolah menengah dengan menggunakan cara belajar di perguruan tinggi.  Hitung-hitung sebagai persiapan untuk belajar di perguruan tinggi.


l

Murid, Siswa, dan Mahasiswa



Ketiga kata di atas sering kita dengar dalam percakapan kita sehari-hari. Namun dalam penempatannya terkadang kita masih salah menempatkannya. Padahal jelas sekali perbedaan antara murid, siswa, dan mahasiswa. Saya jadi teringat ucapan Prof. Dr. Ana Suhaenah Soeparno, mantan Rektor IKIP (Sekarang UNJ). Beliau pernah mengatakan dalam sebuah seminar di perpustakaan UNJ, bahwa ada perbedaan yang paling prinsip antara murid, siswa, dan mahasiswa. Murid dan siswa berada di sekolah, sedangkan mahasiswa berada di perguruan tinggi. Murid adalah peserta didik yang bersekolah di sekolah TK dan SD. Jadi anak TK dan anak SD berhak disebut murid TK dan murid SD. Sedangkan Siswa adalah peserta didik yang bersekolah di jalur pendidikan SMP/SMA/SMK. Mereka berhak disebut siswa SMP/SMA/SMK. Lalu bagaimana dengan mahasiswa? Mahasiswa adalah peserta didik yang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Ketika siswa SMA/SMk lulus tes masuk perguruan tinggi dan telah registrasi, maka mereka telah sah dipanggil dengan sebutan mahasiswa.
Banyak hal yang terkadang rancu kita temui. Banyak orang yang mengatakan murid dan siswa itu sama. Padahal dalam proses pembelajarannya jelas berbeda. Murid TK masuk dalam pendidikan anak usia dini, murid SD masuk dalam pendidikan dasar, siswa smp masuk dalam pendidikan dasar lanjutan, dan siswa SMA/SMK masuk dalam pendidikan menengah. Sedangkan mahasiswa masuk dalam jalur pendidikan tinggi.
Persamaan murid, siswa, dan mahasiswa adalah mereka sama-sama peserta didik yang berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan jenjang yang sedang ditempuhnya.
Murid SD dan TK adalah peserta didik yang benar-benar mendapatkan bimbingan penuh dari seorang guru. Bisa juga dikatakan, murid TK dan SD masih disuapin oleh gurunya dalam hal menuntut ilmu. Guru masih menjadi primadona siswa, karena perannya yang sangat dibutuhkan.
Bagi siswa SMP/SMA/SMK, sedikit demi sedikit proses pembelajaran telah beralih kepada sistem belajar siswa aktif. Paradigma lama biasa disebut CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan paradigma baru biasa desebut PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Makanya tidak ada istilah murid aktif, yang ada pembelajaran siswa aktif. Artinya, guru harus mampu mengaktifkan para siswa untuk belajar secara mandiri. Guru harus bisa menghidupkan suasana pembelajaran agar siswa dapat menemukan sendiri (inquiry) gaya belajarnya. Namun, tetap saja kendali dan arahan ada pada guru.
Sedangkan bagi seorang mahasiswa, pembelajaran yang diberikan lebih banyak kepada Pedagogi. Orang yang mengajar ereka biasa disebut dosen. Pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran orang dewasa. Mahasiswa dianggap telah mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam menuntut ilmu. Dosen hanya tinggal mengarahkan saja, apa yang harus dipelajarinya. Beban dosen tidak seberat beban guru TK atau guru SD yang memng harus dengan sabar mengajari mereka membaca dan menulis.

1 komentar:

  1. Pada artikel awal pemilihan warna baground dan font sangat buruk sehingga daya bacanya sangat rendah, untuk membaca artikel pembaca harus rela sakit mata. Tolong untuk artikel selanjutnya penulis lebih memperhatika penggunaan warnanya. Hanya itu kritik dan saran dari saya

    BalasHapus